Istiqomahswet.com - Pandemi telah usai, semua wisata sudah kembali dibuka. Sehingga membuat Indonesian Gastronomy Community (IGC) hadirkan narasi baru Candi Borobudur melalui Pop-Up Museum yang mengangkat tema Gastronosia : Dari Borobudur untuk Indonesia. Setelah pandemi membuat festival makanan 2022, sehingga semua makanan tradisional dihadirkan disana,
Borobudur dibangun dengan gaya Mandala yang mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha. Struktur bangunan ini berbentuk kotak dengan empat pintu masuk dan titik pusat berbentuk lingkaran. Jika dilihat dari luar hingga ke dalam terbagi menjadi dua bagian yaitu alam dunia yang terbagi menjadi tiga zona di bagian luar, dan alam Nirwana di bagian pusat.
Alam peralihan, dimana manusia telah dibebaskan dari urusan dunia.
Rapadhatu terdiri dari galeri ukiran relief batu dan patung buddha. Secara keseluruhan ada 328 patung Buddha yang juga memiliki hiasan relief pada ukirannya.
Menurut manuskrip Sansekerta pada bagian ini terdiri dari 1300 relief yang berupa Gandhawyuha, Lalitawistara, Jataka dan Awadana. Seluruhnya membentang sejauh 2,5 km dengan 1212 panel.
Kamadhatu terdiri dari 160 relief yang menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat. Menggambarkan mengenai sifat dan nafsu manusia, seperti merampok, membunuh, memperkosa, penyiksaan, dan fitnah.
Tudung penutup pada bagian dasar telah dibuka secara permanen agar pengunjung dapat melihat relief yang tersembunyi di bagian bawah. Koleksi foto seluruh 160 foto relief dapat dilihat di Museum Candi Borobudur yang terdapat di Borobudur Archaeological Park.
Tiga serambi berbentuk lingkaran mengarah ke kubah di bagian pusat atau stupa yang menggambarkan kebangkitan dari dunia. Pada bagian ini tidak ada ornamen maupun hiasan, yang berarti menggambarkan kemurnian tertinggi.
Serambi pada bagian ini terdiri dari stupa berbentuk lingkaran yang berlubang, lonceng terbalik, berisi patung Buddha yang mengarah ke bagian luar candi. Terdapat 72 stupa secara keseluruhan. Stupa terbesar yang berada di tengah tidak setinggi versi aslinya yang memiliki tinggi 42m diatas tanah dengan diameter 9.9m. Berbeda dengan stupa yang mengelilinginya, stupa pusat kosong dan menimbulkan perdebatan bahwa sebenarnya terdapat isi namun juga ada yang berpendapat bahwa stupa tersebut memang kosong.
Ketiga candi membentuk rute untuk Festival Hari Waisak yag digelar tiap tahun saat bulan purnama pada Bulan April atau Mei. Festival tersebut sebagai peringatan atas lahir dan meninggalnya, serta pencerahan yang diberikan oleh Buddha Gautama.
“Makanan yang diangkat di pop-up museum adalah yang dipergunakan pada jamuan upacara penetapan Sima, yang mengabiskan beras 57 kadut, menyembelih enam kerbau, dan ayam 100 ekor," katanya.
Sejarah
Dinasti Sailendra membangun peninggalan Budha terbesar di dunia antara 780-840 Masehi. Dinasti Sailendra merupakan dinasti yang berkuasa pada masa itu. Peninggalan ini dibangun sebagai tempat pemujaan Budha dan tempat ziarah. Tempat ini berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju pencerahan dan kebijaksanaan menurut Buddha. Peninggalan ini ditemukan oleh Pasukan Inggris pada tahun 1814 dibawah pimpinan Sir Thomas Stanford Raffles. Area candi berhasil dibersihkan seluruhnya pada tahun 1835.Borobudur dibangun dengan gaya Mandala yang mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha. Struktur bangunan ini berbentuk kotak dengan empat pintu masuk dan titik pusat berbentuk lingkaran. Jika dilihat dari luar hingga ke dalam terbagi menjadi dua bagian yaitu alam dunia yang terbagi menjadi tiga zona di bagian luar, dan alam Nirwana di bagian pusat.
Rupadhatu
Alam peralihan, dimana manusia telah dibebaskan dari urusan dunia.
Rapadhatu terdiri dari galeri ukiran relief batu dan patung buddha. Secara keseluruhan ada 328 patung Buddha yang juga memiliki hiasan relief pada ukirannya.
Menurut manuskrip Sansekerta pada bagian ini terdiri dari 1300 relief yang berupa Gandhawyuha, Lalitawistara, Jataka dan Awadana. Seluruhnya membentang sejauh 2,5 km dengan 1212 panel.
Kamadhatu
Alam dunia yang terlihat dan sedang dialami oleh manusia sekarang.Kamadhatu terdiri dari 160 relief yang menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat. Menggambarkan mengenai sifat dan nafsu manusia, seperti merampok, membunuh, memperkosa, penyiksaan, dan fitnah.
Tudung penutup pada bagian dasar telah dibuka secara permanen agar pengunjung dapat melihat relief yang tersembunyi di bagian bawah. Koleksi foto seluruh 160 foto relief dapat dilihat di Museum Candi Borobudur yang terdapat di Borobudur Archaeological Park.
Arupadhatu
Alam tertinggi, rumah Tuhan.Tiga serambi berbentuk lingkaran mengarah ke kubah di bagian pusat atau stupa yang menggambarkan kebangkitan dari dunia. Pada bagian ini tidak ada ornamen maupun hiasan, yang berarti menggambarkan kemurnian tertinggi.
Serambi pada bagian ini terdiri dari stupa berbentuk lingkaran yang berlubang, lonceng terbalik, berisi patung Buddha yang mengarah ke bagian luar candi. Terdapat 72 stupa secara keseluruhan. Stupa terbesar yang berada di tengah tidak setinggi versi aslinya yang memiliki tinggi 42m diatas tanah dengan diameter 9.9m. Berbeda dengan stupa yang mengelilinginya, stupa pusat kosong dan menimbulkan perdebatan bahwa sebenarnya terdapat isi namun juga ada yang berpendapat bahwa stupa tersebut memang kosong.
Relief
Secara kesulurhan terdapat 504 Buddha dengan sikap meditasi dan enam posisi tangan yang berbeda di sepanjang candi.Koridor Candi
Selama restorasi pada awal abad ke 20, ditemukan dua candi yang lebih kecil di sekitar Borobudur, yaitu Candi Pawon dan Candi Mendut yang segaris dengan Candi Borobudur. Candi Pawon berada 1.15 km dari Borobudur, sementara Candi Mendut berada 3 km dari Candi Borobudur. Terdapat kepercayaan bahwa ada hubungan keagamaan antara ketiga candi tersebut namun masih belum diketahui secara pasti proses ritualnya.Ketiga candi membentuk rute untuk Festival Hari Waisak yag digelar tiap tahun saat bulan purnama pada Bulan April atau Mei. Festival tersebut sebagai peringatan atas lahir dan meninggalnya, serta pencerahan yang diberikan oleh Buddha Gautama.
Festival Makanan tradisional dari Candi Bobudur setelah Pandemi
Dilansir dari kompas.com
Festival Makanan tradisional dari Candi Bobudur setelah Pandemi diadakan oleh Indonesian Gastronomy Community (IGC) hadirkan narasi baru Candi Borobudur melalui Pop-Up Museum yang mengangkat tema Gastronosia : Dari Borobudur untuk Indonesia. Pop up museum Gastronosia menggambarkan mahakarya kuliner asli Indonesia Abad VIII–X di era Kerajaan Mataram Kuno.
Festival makanan tradisonal ini diselenggarakan di Museum Nasional, Jakarta, mulai dari 28 Juni sampai tanggal 2 Juli 2022, pukul 10.00-16.00 WIB.
“Museum ini dirancang dalam lima segmen, pertama akan menjelaskan konsep gastronosia, kemudian perihal Borobudur dan relief terkait makanan Mataram Kuno, ragam makanan di era tersebut, dapur masa lalu dan kini, dan penerjemahan ke dalam makanan modern," kata Direktur Utama Siji Solusi Digital, Dimas Fuady, sesuai siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (27/6/2022)
Ketua penyelenggara kegiatan Gastronosia, Gilang Wicaksono menyatakan, pop up museum ini relevan dengan masa kini karena menggunakan pendekatan pengalaman yang berbeda bagi pengunjung.
“Makanan yang diangkat di pop-up museum adalah yang dipergunakan pada jamuan upacara penetapan Sima, yang mengabiskan beras 57 kadut, menyembelih enam kerbau, dan ayam 100 ekor," katanya.
Ada pula aneka lauk pauk yang asin seperti dendeng asin, dendeng ikan kadiwas, ikan kawan, ikan bilunglung, telur, dan mimunan tuak. Variasi makanan yang tersaji dalam sumber prasasti Taji Gunung menggambarkan aspek perikanan, pertanian, dan peternakan pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
Dengan tema Gasto Diplomasi Dalam Perspektif Indonesia, Story Telling untuk Memperkenalkan Gastronomi Indonesia, dan Gastro Marketing Bagi Pelaku Usaha Restoran dan Industri Terkait. Talkshow diselenggarakan pada 28 Juni, 30 Juni, dan 1 Juli 2022 setiap pukul 14.00 di Museum Nasional dengan narasumber ahli.
Dengan tema Gasto Diplomasi Dalam Perspektif Indonesia, Story Telling untuk Memperkenalkan Gastronomi Indonesia, dan Gastro Marketing Bagi Pelaku Usaha Restoran dan Industri Terkait. Talkshow diselenggarakan pada 28 Juni, 30 Juni, dan 1 Juli 2022 setiap pukul 14.00 di Museum Nasional dengan narasumber ahli.
Adanya festival makanan tradisional dari Candi Borobudur setelah Pandemi“Gastronosia ini tidak akan berhasil tanpa dukungan pemerintah yang mengangkat tema budaya dalam makanan dan upaya diplomasi gastro, terutama dari Kementerian Pendidikan dan Budaya, RISTEK dan Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI dengan kampanye “Spice Up the World.” kata Ketua Umum IGC Ria Musiawan.
Rencananya, adanya festival makanan tradisional dari Candi Borobudur setelah pandemi tidak hanya di Jakarta, pop um museum ini akan hadir di Surabaya, Yogyakarta, dan Denpasar dengan waktu yang masih belum diumumkan.